Senin, 25 Januari 2016

REVIEW Film Ketika Mas Gagah Pergi The Movie: Asyik, Menginspirasi, Tidak Menggurui



Poster Film KMGP The Movie


Bismillahirrahmanirrahim..

Beberapa waktu yang lalu saya sempat membaca buku karya Bunda Helvy Tiana Rosa yang  ditulis beliau sekitar 20 tahun lalu berjudul “Ketika Mas Gagah Pergi”. Jika dilihat dari judulnya, awalnya saya menebak cerita tersebut mengisahkan cerita “cinta-cintaan” anak muda seperti biasa. Namun, setelah saya baca ternyata dugaan saya meleset. Buku tersebut memang tentang cinta. Namun, lebih tepatnya cinta kepada keluarga dan Allah Subhanahu wa ta’ala. Nilai-nilai moral dan agama dikemas apik oleh Bunda Helvy dalam karyanya yang satu ini hingga membuat saya menangis di akhir cerita. 

Tidak lama setelah saya membaca buku tersebut, alangkah bahagia hati saya saat tahu bahwa cerita Ketika Mas Gagah Pergi akan difilmkan. Saya sangat antusias dan tidak sabar. Apalagi dalam film ini beberapa tokoh utama diperankan pemain-pemain baru dan didukung pemain-pemain terkenal di dunia perfilman Indonesia. Dan Alhamdulillah saya bersama teman-teman dapat menonton film Ketika Mas Gagah Pergi The Movie pada hari dan jam pertama penayangan di bioskop. Tepatnya tanggal 21 Januari 2016 pukul 12.30 WIB.

Pada permulaan film saya sudah dibuat terpesona. Penggambaran sosok Mas Gagah yang saya baca dalam buku ternyata sama seperti sosok Mas Gagah dalam film yang diperankan oleh Hamas Syahid. Tampan, saleh, dan tentunya Gagah. Namun, sepertinya adegan saat Mas Gagah terjatuh dari atas batu belum terlihat natural, masih terlihat seperti buatan. Jenggot Mas Gagah pun juga terlihat seperti itu, terkesan hanya sekadar tempelan. Ada beberapa scene juga yang "mengagetkan" saya karena jeda dari satu scene ke scene yang lain terlalu cepat atau seperti melompat. Salah satunya adalah saat scene dari Mas Gagah berangkat ke Ternate dan seketika pulang dengan segala perubahannya. Akan tetapi, hal tersebut tak mengurangi kesan kharismatik sosok Mas Gagah.

Aquino Umar yang berperan sebagai Gita, adik Mas Gagah sangat mengena di hati saya. Ceria, lucu, unik, dan menyenangkan. Lebih dari yang saya bayangkan saat saya membaca buku Ketika Mas Gagah Pergi sebelumnya Ia memerankan dengan totalitas.

Sosok Yudi yang selalu mengenakan baju kotak-kotak yang diperankan oleh Masaji Wijayanto berhasil mengobarkan jiwa saya untuk ikut larut dengan kebaikan yang ia sampaikan.

Sayangnya, sosok Nadia yang diperankan oleh Izzah Ajrina belum dihadirkan dalam film Ketika Mas Gagah Pergi The Movie bagian pertama  ini meskipun wajahnya sudah terpampang dalam poster. Padahal saya juga menunggu kehadirannya dalam cerita.

Salah satu adegan dalam Film KMGP The Movie


Dari awal cerita sampai akhir, saya sama sekali tidak tertarik untuk mengalihkan pandangan saya dari layar bioskop. Saya sama sekali tidak ingin terlewat satu adegan pun dari film ini. Pemain-pemain terkenal seperti Wulan Guritno, Mathias Muchus, Epi Kusnandar, Ali Syakieb, Shireen Sungkar, Joshua Suherman, dan bintang papan atas lainnya memberikan warna yang menarik dalam film ini. Suasana menyenangkan, mengharukan, menegangkan, lucu, semua ada dalam film ini tidak akan membuat penonton merasa bosan. Penataan musik, alunan-alunan lagu yang mengiringi adegan-adegan di film ini digarap dengan pas, sehingga membuat penonton semakin terbawa suasana.

Luar biasanya, tidak ada adegan bersentuhan dengan lawan jenis dalam film ini. Bahkan, peran Mas Gagah dan Gita yang dalam film adalah kakak beradik yang sangat dekat tetap bisa menggambarkan kasih sayang mereka tanpa bersentuhan. Luar biasa!

Film ini bukan sekadar tontonan, namun juga tuntunan. Penyampaian dakwah yang dikemas menarik sehingga dapat diterima semua kalangan dan tidak terkesan menggurui. Sangat inspiratif, apalagi bagi para anak muda yang masih labil dan ragu mencari jati dirinya. Menambah wawasan dan memperkuat keteguhan iman. 

Cerita dalam film Ketika Mas Gagah Pergi The Movie berakhir menggemaskan. Saya kira cerita dalam buku akan berakhir dalam satu film. Ternyata saya dibiarkan penasaran dengan akhir ceritanya, apakah sama gregetnya seperti dalam buku karena saya rasa film Ketika Mas Gagah The Movie bagian pertama ini tidak kalah mengharukan. Hhhmm.. jadi tidak sabar menunggu film Ketika Mas Gagah Pergi Part 2 yang saya jamin pasti akan lebih GREGET dan bisa membuat saya menangis seperti saat saya membaca bukunya.

"Jika kita belum bisa menerima suatu kebaikan yang belum kita pahami, setidaknya cobalah untuk menghargainya" -Ketika Mas Gagah Pergi- 

Maju terus film Islam Indonesia! Islam itu cinta. Islam itu indah. Islam itu GAGAH. Allahu Akbar!


Tiket bioskop